Selasa, 27 November 2018

Analisis Film "The Normal Heart"


Sinopsis Film “The Normal Heart”

Film The Normal Heart merupakan film yang bercerita tentang kaum homoseksual dan kemunculan virus HIV/AIDS pada tahun 1980an di Amerika Serikat. Film diawali dengan Ned, seorang penulis novel yang sedang menghadiri perayaan ulang tahun temannya Craig di Fire Island Pines, Long Island. Perayaan ulang tahun itu dihadiri oleh kaum homoseksual.
Pada saat berjalan di pinggir pantai, Craig mengalami suatu gejala aneh. Craig tiba tiba jatuh dan mengalami pusing yang membuat semua teman-temannya panik. Pada saat perjalanan pulang, Ned membaca sebuah artikel tentang Rare Cancer Diagnosed in 41 Homosexuals yaitu kanker langka yang didiagnosa pada 41 homoseksual. Firasat Ned tentang gejala yang Craig alami membuat Ned berinisiatif bertemu dengan seorang dokter yang menangani banyak kasus kanker, yaitu Dr. Emma.
Dr. Emma mengatakan bahwa penyakit ini berasal dari hubungan seksual yang dilakukan oleh para kaum homoseksual ini. Penyakit ini menyerang pada sisntem kekebalan tubuh manusia, pada saat itu penyakit ini di sebut dengan Gay Cancer atau Kanker Gay. Dengan kejadian itu, Emma meminta Ned untuk memperingati kelompok nya agar tidak melakukan hubungan seksual.
Korban berjatuhan semakin banyak, Ned merasa prihatin kepada teman-temannya yang mengalami penyakit mematikan itu. Oleh karena itu, Ned membuat sebuah organisasi yang bernama Gay Men’s Health Crisis (GMHC). Organisasi ini bertujuan untuk menginformasikan wabah virus yang Dr. Emma temukan. Pada suatu hari Ned mendatangi kantor surat kabar New York Times. Disana Ned bertemu dengan seorang reporter dari New York Times, Felix. Ned berharap Felix bisa menyebarkan berita virus yang sedang menyerang kaum homoseksual.
Dalam menjalankan misinya, Ned mengalami banyak sekali kesulitan. Saat Ned meminta bantuan kepada pemerintah agar pemerintah memberikan dana kepada para kaum gay yang terkena virus itu. Akan tetapi pemerintah tidak memberikan respon yang baik kepada keinginan Ned. Dan banyak warga Amerika terutama New York yang menganggap bahwa Kaum Gay ini tidak normal.



Perjuangan Aktivis AIDS




Film ini menceritakan para aktivis HIV/AIDS yang berasal dari komunitas homoseksual di amerika serikat pada tahun 1980an. Virus HIV/AIDS ini berasal dari hubungan seksual yang dilakukan oleh komunitas homoseksual. Kejadian ini telah memakan banyak korban.
Dalam foto adengan disini, menjelaskan aktivis HIV/AIDS meminta bantuan kepada pemerintah agar mau menolong para penderita HIV/AIDS yang kebanyakan berasal dari komunitas homoseksual, karena menurutnya virus HIV/AIDS ini bisa menular kepada lawan jenis dan termasuk masalah yang besar yang harus di selesaikan oleh pemerintah. Karena tidak adanya bukti yang kongkrit, permintaan aktivis ini tidak di tanggapi oleh pemerintah. Selain itu, masyarakat juga menganggap bahwa komunitas homoseksual ini meresahkan dan masyarakat juga beranggapan bahwa komunitas homoseksual ini tidak normal.

Foto Features dan Caption



Foto by Aghnia Ratri W

Gedung Merdeka

Gedung Merdeka merupakan salah satu Gedung bersejarah yang ada di kota Bandung. Gedung Merdeka beralamat di Jalan Asia-Afrika. Gedung Merdeka ini pernah dijadikan sebagai tempat Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung pada tahun 1955. Saat ini, Gedung Merdeka di jadikan sebagai sebuah Museum di Kota Bandung. Di dalam Gedung Merdeka ini memamerkan beberapa koleksi dan foto-foto saat Konferensi Asia-Afrika. Selain itu, Gedung Merdeka juga sering di jaadikan sebagai tempat wisata selfie oleh masyarakat sekitar Bandung dan juga oleh para wisatawan yang berkunjung ke Bandung.

Kamis, 15 Maret 2018

Jurnal "PASAR KORDON"



Pasar tradisional adalah tempat berinteraksi sosial antara pedagang dan pembeli. Proses jual-beli biasanya melalui proses tawar menawar harga, dan harga yang diberikan untuk suatu barang bukan merupakan harga tetap, dalam arti lain masih dapat ditawar. Salah satu ciri khas pasar tradisional yaitu beberapa diantaranya menggunakan tenda-tenda untuk memasarkan dagangannya, serta pembeli yang berjalan hilir mudik untuk memilih dan menawar barang yang akan dibelinya.

Seperti salah satu pasar tradisional yang ada di bandung yaitu Pasar Kordon, pasar kordon terletak di jalan terusan buah batu. Di pasar kordon ini tersedia berbagai kebutuhan pokok seperti peralatan rumah tangga, sayur-sayuran, buah-buhan lokal dan lainya. Meskipun sekarang sudah banyak pasar modern yang bermunculan di kota bandung, banyak warga yang bergantung dengan pasar kordon ini karena masyrakat beranggapan bahwa berbelanja di pasar kordon harganya lebih murah dan bisa di tawar, sedangkan berbelanja di pasar modern tidak bisa ditawar.

Pasar kordon merupakan salah satu tempat mata pencaharian masyarakat di sekitar bandung.Seperti salah satu pedagang daging kambing di pasar kordon ini, yaitu Toto (50th) ia bertempat tinggal di buah batu (dekat dengan pasar kordon). Pak Toto berjualan daging kambing di pasar kordon ini sejak tahun 1998, kurang lebih sudah 20 tahunan bersama kakanya. Banyak sekali permasalahan yang dihadapi pak toto saat berjualan di pasar kordon , seperti kenaikan harga sembako di pasaran dan lainnya. Setiap hari, pak toto berjualan dari jam 5 pagi hingga jam 12 siang. pak toto menerima stok daging dari seorang supplier daging kambing di banjaran setiap harinya. Di hari hari biasa, ia menjual daging kambing dengan harga Rp90.000/kg sama dengan harga daging kambing di pasar lain.

Dalam sehari, pak toto bisa menjual kurang lebih 10 kg daging kambing dan pendapatan dari penjualan tersebut perhari sebesar Rp200.000. menurut pa toto pendapatan tersebut masih kurang untuk menutupi biaya menyewa tempat sebesar 8 juta / thn dan membeli daging kembali, penyebabnya karena peminat daging kambing itu lebih sedikit dari pada daging sapi atau daging ayam, karena kebanyakan orang berfikir bahwa daging kambing ini berkolesterol tinggi. Selain itu, stok daging yang tidak habis dalam satu hari, tidak bisa dikembalikan lagi kepada supplier melainkan harus ditanggung sendiri oleh pak toto. 

Setiap hari pak toto harus membayar retribusi yang diadakan di pasar kordon sebesar Rp7500. “Retribusi menurut UU no. 28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan”. Retribusi yang di adakan di pasar kordon hanya retribusi kebersihan dan retribusi keamanan.

Yang jadi permasalahan dari retribusi di pasar kordon ini, yaitu retribusi kebersihan. Pasar tradisional sering di anak tirikan oleh pemerintah, pemerintah kurang bijaksana dalam mengatur kebersihan pasar tradisional. Setiap hari pedagang wajib membayar retribusi kebersihan tetapi kebersihan di pasar kordon ini tidak terjaga sama sekali. Sampah dari setiap ruko itu di kumpulkan  di buang di dekat sungai yang ada di samping pasar kordon dan berdekatan dengan jalan raya. Menurut pak toto, tindakan tersebut dapat mengganggu pedagang, pengungjung, pengguna jalan bahkan masyarakat di sekitar pasar kordon itu sendiri. Seharusnya sampah dari tiap ruko di kumpulkan dan di buang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) agar tidak mengotori pasar kordon itu sendiri.

Apabika kejadian ini di biarkan terus menerus maka akan berpengaruh kepada para pedagang yang ada di pasar kordon termasuk pak toto, para pedagang mendapatkan kerugian karena masyarakat akan lebih memilih berbelanja di pasar modern yang lebih bersih dan nyaman dibandingkan dengan berbelanja di pasar kordon.
Harapan pa toto sebagai pedagang di pasar kordon yaitu pemerintah bisa lebih baik lagi dan lebih memperhatikan lagi para pedagang di pasar tradisional agar para pedagang bisa hidup sejahtera, lalu kebersihan di pasar kordon juga lebih di perhatikan lagi agar terlihat bersih dan nyaman.






Skenarion Film Stopmotion "The Fight Chickens"


Kelompok       : Endru and Friends
Anggota          : - Reza Harmahda AL (162050005)
-  Rachmat Harianto (162050015)
-  Aghnia Ratri Wilandari (165050017)
-  Ikhsan Setiawan (162050022)
-  Andriana Mulyana P (162050024)
-  Rusli Fadly (162050031)
-  Juliansyah Putra R (162050038)
Judul               : The fight Chickens
Tema               : seekor induk ayam yang melindungi anak nya dari serangan ular.

Sinopsis           

Pada suatu hari, ada seekor induk ayam yang baru bertelur sebanyak 3 butir . Lalu ayam itu mngerami telur nya selama 21 hari hingga telur nya menetas. Setelah itu,  3 telur itu pun menetas satu persatu dan menjadi anak ayam yang sangat lucu. Setiap hari, induk dan anak ayam itu keluar untuk mencari makan. Hingga suatu ketika, disaat induk dan anak ayam itu mencari makan, mereka bertemu ular yang sangat besar di semak semak. Ular itu sangat besar dan mengerikan. Sontak induk dan anak ayam itu terkejut dan pergi agar tidak di makan ular. Akan tetapi satu anak ayam itu tertangkap oleh sang ular,  dan induk ayam itu tidak terima. Akhirnya induk ayam itu kembali untuk menyelamatkan anak nya dan induk ayam itu terus mematuk-matuk badan sang ular hingga berdarah dan anak ayam itu pun di lepaskan dari terkapan sang ular. Akhirnya induk dan ketiga anak ayam itu mencari makanan kembali dengan hati hati dan kembali ke kandang mereka.

1.    Kandang ayam – Siang hari
Induk ayam bertelur sebanyak 3 butir.
2.    Kandang ayam – Pagi, sore , malam
Induk ayam mengerami telur
3.    Kandang ayam – Siang Hari
3 telur menetas menjadi anak ayam
4.    Hutan – pagi hari
Induk dan anak ayam mencari makan
5.    Hutan – siang hari
Induk dan anak ayam mencari makan di hutan, bertemu ular di semak semak.
Anak ayam tertangkap oeh ular, induk ayam menyelamatkan anaknya.
6.    Hutan – Sore hari
Ayam mencari makan kembali
7.    Kandang ayam – Sore hari
Induk dan anak ayam kembali ke kandang dan beristirahat.


RAGAM FOTO JURNALISTIK BESERTA CONTOH

1.   Spot Photo Kecelakaan Beruntun di Lampu Merah Buah Batu Kecelakaan beruntun yang melibatkan 2 mobil dan 1 sepeda motor ...