A.
Sejarah Singkat Kebudayaan Sunda
Sunda sebagai nama kerajaan kiranya baru muncul pada
abad ke- 8 sebagai lanjutan atau penerus kerajaan Tarumanegara. Pusat kerajaannya
berada disekitar Bogor, sekarang. Sejarah Sunda mengalami babak baru karena
arah pesisir utara di Jayakarta (Batavia) masuk kekuasaan kompeni Belanda sejak
(1610*) dan dari arah pedalaman sebelah timur masuk kekuasaan Mataram (sejak
1625).
Menurut RW. Van Bemelan pada tahun 1949, Sunda
merupakan sebuah istilah yang dipakai untuk menamai dataran bagian barat
laut wilayah India timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai Sahul. Suku
Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa,
Indeonesia. Yaitu berasal dan bertempat tinggal di Jawa Barat. Daerah yang juga
sering disebut dengan Tanah Pasundan atau Tatar Sunda.
Pada tahun 1998, suku Sunda berjumlah kurang lebih
33 juta jiwa, kebanyakan dari mereka hidup di Jawa Barat dan sekitar 1 juta
jiwa hidup di provinsi lain. Dari antara mereka, penduduk kota mencapai 34,51%,
suatu jumlah yang cukup berarti yang bisa dijangkau dengan berbagai media.
Kendatipun demikian, suku Sunda ialah salah satu kelompok orang yang
paling kurang dikenal di dunia. Nama mereka sering dianggap sebagai orang Sudan
di Afrika dan salah dieja dalam ensiklopedia. Beberapa koreksi ejaan dalam
komputer juga mengubahnya menjadi Sudanese (dalam bahasa Inggris).
Pada abad ke-20, sejarah mereka sudah terjalin
melalui bangkitnya nasionalisme Indonesia yang akhirnya menjadi Indonesia
modern.Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu
yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda diyakini mempunyai etos/
watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak /
karakter Sunda yang dimaksud ialah cageur (sehat), bageur (baik), bener
(benar), singer (terampil), dan pinter (pandai/ cerdas) yang sudah ada sejak
zaman Salaka Nagara tahun 150 sampai ke Sumedang Larang Abad ke- 17,
sudah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari 1000 tahun.
Sunda adalah kebudayaan masyarakat yang tinggal
di wilayah barat pulau Jawa dengan berjalannya waktu sudah tersebar ke berbagai
penjuru dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda adalah cikal bakal
berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua
di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara sampai ke Galuh,
Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang. Kerajaan Sunda adalah kerajaan yang cinta
damai, selama pemerintahannya tidak melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah
kekuasaannya. Keturunan Kerajaan Sunda sudah melahirkan kerajaan- kerajaan
besar di Nusantara diantaranya Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan
Mataram, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten, dll.
B.
Etos Kebudayaan Sunda
Etos budaya sunda atau watak budaya sunda sudah
dilakukan sejak zaman Salaka Nagara. Melalui watak tersebut, masyarakat Sunda
menjadi makmur dan sejahtera selama lebih dari seribu tahun. Watak budaya sunda
yang dimaksud yaitu cageur(sehat), bageur (baik), bener (benar), singer(mawas
diri), dan pinter (pandai/cerdas). Melalui watak tersebut masyarakat sunda
terbimbing untuk menjadi pribadi yang sesuai dengan watak tersebut walaupun
memang tidak bisa sempurna diterapkan dalam pribadi masing-masing orang Sunda.
Etos budaya Sunda ini bisa menjadi contoh yang baik
bagi masyarakat di kawasan lainnya. Menjaga kesehatan menjadi hal yang perlu
dilakukan tak hanya bagi orang Sunda tapi juga masyarakat di daerah lainnya di
Indonesia. Begitu juga mengamalkan hal yang baik dan benar. Sesuatu yang baik
belum tentu benar, namun jika digabungkan maka bisa memilih amalan yang tepat
yaitu yang mengandung unsur baik dan benar. Masyarakat Sunda juga menganut etos
mawas diri dan pintar. Mawas diri diperlukan agar pribadi tiap orang Sunda
dapat terjaga sehingga tidak berbuat melampaui batas. Begitu juga dengan watak
pandai yang juga diperlukan dalam pribadi tiap orang Sunda. Masyarakat Sunda
perlu menuntut ilmu untuk menambah kepandaian mereka. Ilmu-ilmu tersebut
nantinya dapat digunakan untuk membangun masyarakat maupun untuk membangun
kehidupan pribadi yang lebih baik.
C.
Nilai Kebudayaan Sunda
Budaya
Sunda memiliki nilai-nilai tersendiri yang berbeda dari budaya daerah lainnya.
Masyarakat Sunda merupakan masyarakat yang lembut, relijius,d an spiritual.
Mereka sesuai dengan pameo silih asih, silih asah, dan silih asuh. Artinya
yaitu masyarakat Sunda saling mengasihi, saling memperbaiki diri, dan saling
melindungi. Sebagian masyarakat Sunda masih mempertahankan upacara adat asli
Sunda. Mereka juga senang bergotong royong sehingga terjalin kebersamaan antar
warga. Nilai saling mengasihi yang ditanamkan pada masyarakat Sunda ini dapat
dikembangkan untuk kepentingan masyarakat luas. Setiap orang juga perlu saling
memperbaiki diri mereka dengan pendidikan dan berbagi ilmu. Tak sampai di sana
saja, tapi masyarakat Sunda juga perlu saling melindungi untuk menjaga
keselamatan antara warga. Secara garis besar nilai budaya Sunda ini memperlihatkan
sisi kebersamaan yang kuat karena tidak hanya untuk satu individu saja tapi
untuk tujuan kebersamaan.
Sistem
kekerabatan masyarakat Sunda ialah bilateral (garis keturunan ayah ataupun
ibu). Sistem kekerabatan dan perkawinan dilakukan secara Islam. Bentuk keluarga
yang terkenal ialah keluarga batih, yakni suami, istri, dan anak-anak.
Di Sunda mengenal tujuh generasi ke
atas dan ke bawah sebagai berikut.
-
Tujuh
generasi ke atas: kolot, embah, buyut, bao, jangga wareng, udeg-udeg,
dan gantung siwur.
-
Tujuh
generasi ke bawah: anak, incu, buyut, bao, jangga wareng, udeg-udeg,
dan gantung siwur.
D.
Kebudayaan Sunda
1. Kesenian
Kebudayaan Sunda
Masyarakat Sunda tidak
hanya memiliki nilai dan watak tersendiri, kesenian mereka juga cukup terkenal
di luar Jawa Barat. Beberapa kesenian tersebut antara lain:
a. Wayang
Golek
Wayang golek merupakan
boneka kayu yang berasal dari kesenian Sunda. Wayang golek ini dimainkan oleh
seorang dalang selayaknya wayang kulit. Cerita yang dimainkan biasanya berasal
dari cerita rakyat, misalnya cerita penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang
dan Rara Santang ataupun menggunakan cerita Ramayana dan Mahabarata. Dalang
bercerita dengan menggunakan bahasa Sunda dengan iringan gamelan Sunda.
b. Jaipongan
Jaipongan merupakan
tarian khas yang berasal dari Sunda. Ciri khas dari Jaipongan yaitu erotis,
humoring, semangat, ceria, spontan, dan sederhana. Tari jaipongan sendiri
dibuat oleh H. Suanda pada tahun 1976 di Karawang. Seni tari jaipongan ini
terinspirasi dari berbagai seni lainnya seperti pencak silat, wayang golek,
topeng banjet, dan lain-lain. Dahulu instrumen yang dipakai cukup sederhana
yaitu gendang, goong, rebab, ketuk, dan krecek. Seni tari tersebut kemudian
menyebar di daerah Jawa Barat dan mendapatkan sambutan yang positif. Tari jaipongan
kemudian menjadi tari tradisional dari Jawa Barat. Tarian ini sering digunakan
saat ada acara-acara resmi seperti penyambutan tamu dari luar daerah atau dari
luar negeri.
c. Sisingaan
Sisingaan merupakan
jenis seni pertunjukan khas Subang yang menggunakan tandu yang di atasnya
terdapat patung atau boneka singa. Jenis kesenian ini diciptakan sekitar tahun
1975, saat itu datang kaum urban Ponorogo yang mengenalkan reog Ponorogo. Para
seniman sunda kemudian membuat jenis kesenian yang berbeda dengan menunjukkan
identitas khas Subang. Dalam perkembangannya, kesenian sisingaan kemudian
ditiru oleh kota lainnya seperti Cirebon, Sumedang dan Garut yang berupa
kesenian menggotong hewan tiruan. Pertunjukannya sendiri dimulai dengan tabuhan
musik lalu diikuti oleh penari pengusung sisingaan yang melakukan beberapa
gerakan tari. Pertunjukan sisingaan ini berjalan mengelilingi kampung atau
jalanan kota.
2. Alat
musik khas kebudayaan
a. Calung
Calung
ialah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan
angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung
ialah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu)
yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la).
Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam),
namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
b. Angklung
Angklung
ialah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus
yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal
penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau
tradisional.
c. Ketuk Tilu
Ketuk
Tilu ialah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya
diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan
atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan
tari ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara
sakral tertentu tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh
sebab itu tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di
pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.
d. Kacapi Suling
Kacapi
Suling ialah salah satu jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan Suling
dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh
mamaos (tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas
Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar
kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.
3.
Pakaian Adat
a.
Pakaian Adat
untuk Rakyat Jelata
Bagi rakyat
jelata, laki-laki Sunda pada masa silam selalu mengenakan pakaian yang sangat
sederhana. Mereka mengenakan celana komprang atau pangsi yang dilengkapi dengan
sabuk kulit atau kain. Sebagai atasan, baju kampret atau baju salontren yang
dilengkapi sarung poleng yang diselempangkan menyilang di bahu tak pernah lepas
dalam menjalani keseharian. Pakaian adat Sunda tersebut juga akan dilengkapi
dengan penutup kepala yang bernama ikat logen model hanjuang nangtung atau
barangbang semplak dan alas kaki berupa tarumpah atau terompah dari kayu
Untuk para
wanita, pakaian adat Jawa Barat yang dikenakan juga terbilang sederhana.
Perlengkapan seperti sinjang kebat (kain batik panjang), beubeur (ikat
pinggang), kamisol (kutang atau BH), baju kebaya, dan selendang batik
adalah pilihan utama. Sebagai riasan pelengkap, gaya pakaian tersebut juga
akan disertai dengan hiasan rambut yang digelung jucung (disanggul kecil ke
atas), aksesoris berupa geulang akar bahar (gelang akar bahar), ali meneng (cincin
polos), suweng pelenis (giwang bundar), dan alas kaki berupa sendal keteplek
(sendal jepit)
b.
Pakaian Adat untuk Kaum Menengah
Beda kelas,
beda pula tampilannya. Untuk mereka yang terbilang kaum menengah dalam strata
sosial, pemakaian pakaian adat Jawa Barat dikhususkan dengan tambahan
beberapa pernik. Para pria selain akan memakai baju bedahan putih, kain
kebat batik, alas kaki sandal tarumpah, sabuk (beubeur), dan ikat kepala,
mereka juga akan mengenakan arloji rantai emas yang digantungkan di saku baju
sebagai kelengkapan berbusana
Sementara
untuk para wanitanya, pakaian adat Jawa Barat yang dikenakan adalah kebaya
beraneka warna sebagai atasan, kain kebat batik beraneka corak sebagai bawahan,
beubeur (ikat pinggang), selendang berwarna, alas kaki berupa selop atau kelom
geulis, dan perhiasan berupa kalung, gelang, giwang, dan cincin yang terbuat
dari perak atau emas.
c.
Pakaian Adat untuk Bangsawan
Bagi para
bangsawan atau menak, pakaian yang dipakai adalah simbol keagungan. Oleh sebab
itu, dari segi desain, pakaian ini terlihat sebagai pakaian adat Jawa Barat
yang paling rumit dan estetik.
Bagi para
pria bangsawan, pakaian adat Sunda yang mereka kenakan terdiri dari jas tutup
berbahan beludru hitam yang disulam benang emas menyusuri tepi dan ujung lengan,
celana panjang dengan motif sama, kain dodot motif rengreng parang rusak,
benten atau sabuk emas, bendo untuk tutup kepala, dan selop hitam sebagai alas
kaki. Sedangkan untuk para wanita, pakaian adat Jawa Barat yang dikenakan
kebaya beludru hitam bersulam benang emas, kain kebat motif rereng, dan alas
kaki berupa sepatu atau selop berbahan beludru hitam bersulam manik-manik. Tak
lupa beberapa pernik perhiasan juga dikenakan seperti tusuk konde emas untuk
rambut yang disanggul, giwang, cincin, bros, kalung, gelang keroncong, peniti
rantai, dan beberapa perhiasan lain yang terbuat dari emas bertahta berlian.
d.
Baju Adat Sunda yang Resmi
Karena
mempunyai beragam jenis pakaian adat, provinsi Jawa Barat kemudian membuat
standar baku baju adatnya sejak beberapa dasawarsa terakhir. Pakaian adat Jawa
Barat yang resmi tersebut bisa kita lihat pada acara pemilihan mojang dan
jajaka yang selalu digelar setiap tahunnya. Berikut ini adalah gambar dari
pakaian resmi tersebut
Para jajaka
memakai jas takwa atau jas tutup dengan warna bebas (lebih sering hitam),
celana panjang dengan warna yang sama, kain samping yang diikatkan di pinggang,
penutup kepala berupa bendo, dan alas kaki selop. Hiasan yang dikenakan hanya
berupa jam rantai yang biasanya dijepitkan pada saku jas. Sementara untuk para
mojang, mereka akan menggunakan pakaian berupa kebaya polos dengan hiasan
sulam, kain kebat, beubeur (ikat pinggang), kutang (kamisol), karembong
(selendang) sebagai pemanis, dan alas kaki berupa selop dengan warna sama seperti
warna kebaya. Adapun untuk hiasannya yaitu tusuk konde berhias bunga untuk
rambut disanggul, giwang, cincin, bros, kalung, gelang keroncong, peniti
rantai, dan beberapa perhiasan lain yang terbuat dari emas bertahta berlian
e.
Pakaian Pengantin Adat Sunda
Untuk
keperluan upacara adat perkawinan, para pengantin adat Sunda akan mengenakan
pakaian khusus yang dinamai pakaian Pengantin Sukapura. Pakaian ini untuk
mempelai pria berupa jas tutup berwarna putih yang dilengkapi ikat pinggang
warna putih, kain rereng sebagai bawahan, tutup kepala bendo motif rereng pula,
dan selop berwarna putih. Untuk hiasannya, kalung panjang dari bunga melati dan
keris atau kujang sebagai senjata tradisionalny
Sementara
untuk mempelai wanita, atasannya berupa kebaya brukat warna putih, bawahan
berupa kain rereng eneng, benten atau ikat pinggang warna emas, dan alas kaki
selop warna putih. Adapun hiasannya berupa perhiasan kilat bahu, kalung
panjang, gelang, bros, giwang, dan cincin, serta sanggulan rambut yang
dilengkapi hiasan siger subadra lima untaian bunga sedap malam (mangle), dan
tujuh buah kembang goyang
4.
Rumah Adat
Secara
umum rumah tradisional Sunda adalah sebuah rumah panggung sama seperti
rumah – rumah tradisional lainnya yang ada di Indonesia. Bentuk rumah panggung
ini bertujuan untuk menghindari masalah – masalah dari lingkungan yang
dapat mengancam penghuninya.Dilihat berdasarkan bentuk atapnya, maka rumah
tradisional Sunda terbagi atas beberapa ciri yang berbeda satu dengan yang
lainnya:
a.
Jolopong (sebutan
untuk rumah dengan atap pelana yang betuknya memanjang)
b.
Perahu
Kumureb (sebutan untuk rumah dengan bentuk atap perisai “oleh masyarakat
sunda, disebut perahu kumureb karena bentuk atap seperti perahu terbalik”).
c.
Julang
Ngapak (dikarenakan bentuk atapnya seperti sayap burung yang sedang
terbang).
d.
Badak
Heuay (dikarenakan bentuk atapnya seperti seekor badak yang sedang membuka
mulutnya).
e.
Tagog
Anjing (dikarenakan bentuk atapnya seperi seekor anjing yang sedang
duduk).
f.
Capit
Gunting (dikarenakan bagian atas atapnya yang saling menyilang berbentuk
gunting).
5.
Makanan Khas
Sunda
adalah salah satu bagian dari suku – suku yang ada di Indonesia.
Mayoritas daerah sunda di daerah banten dan jawa barat, sebagai mana daerah –
daerah lain daerah sunda juga memiliki makanan khas tersendiri.
a.
Balok menes
Balok
menes adalah makana khas dari daerah sunda yang ada di daerah menes
pandeglang banten. Balok menes sendiri terbuat dari singkong dan parutan kelapa
yang sudah di jadikan serundeng. Kue balok ini ada dua macam, yaitu balok cioda
dan balok menes.
b.
Peuyeum Bandung
Peuyeum
dalam bahasa Indonesia di sebut tape, peuyeum Bandung adalah tape khas
Bandung yang bisa menggoyang lidah anda bila anda mencicipinya. Peuyeum atau
tape adalah makanan khas yang terbuat dari singkong yang di kukus lalu di
dinginkan sesudah itu di taburi ragi khusus dan di peuyeum (di imbuh)
hingga berpermentasi menjadi tape.
c.
Nasi Tutug Oncom
Nasi
tutug oncom adalah nasi khas dari daerah sunda, tepatnya di daerah
tasikmalaya. Nasi tutug oncom adalah nasi yangdi campur oncom yag di
goring atau di bakar. Seperti namanya preoses pencampuran nasi dengan cara di
tumbuk hingga di kenal dengan nama nasi tutug.
d.
Sorabi Hijau
Sorabi hijau
adalah makanan khas sunda yang ada di Rengasdengklok Karawang. Serabi
hijau ini berbeda dengan serabi – serabi lainnya, bahan pembuatannya juga
sedikit berbeda yang di tambahi daun suji. serabi hijau lebih nikmat
bila ditemani secangkir kopi hangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar